Laman

Kamis, 07 Mei 2009

Refleksi Akhir Tahun Ajaran 2008/2009

Pada hakikatnya manusia itu bebas memilih, apa yang ia inginkan, apa tujuan hidupnya, ingin menjadi manusia seperti apakah ia, mau pergi kemanakah ia, dan sebagainya, tapi tentu saja meskipun ia bebas memilih semuanya, ia harus dapat BERTANGGUNG JAWAB untuk pilihan-pilihannya itu.

Hari ini adalah hari terakhir kuliah untuk semester dua ini. Tetapi, tentu saja ini bukan akhir dari kewajiban di semester dua, masih ada UAS/tugas akhir, ajang pembuktian tanggung jawab, ajang dimana mahasiswa harus dapat menunjukan apa-apa saja yang telah ia peroleh selama satu semester ini. Di luar itu semua (UAS, tugas, dkk.), saya merasa banyak poin penting yang telah saya dapat selama kurang lebih satu tahun saya belajar di Psikologi ini, dan saya ingin mengungkapkannya dalam sebuah refleksi ini.

Hakikat sebuah refleksi adalah mengetahui seberapa jauh kita dapat menangkap, mengenali dan memahami semua stimulus yang ada di sekitar kita.

Saya berusaha merefleksi semua kejadian ataupun kegiatan yang saya lihat, rasa dan lakukan dalam satu tahun belakangan ini (retrace). *sekali lagi, jangan langsung membayangkan tugas-tugas yang bejibun dulu, ini di luar itu semua*. Sebetulnya ini terkait dengan kuliah terakhir saya hari ini, yaitu Mata Kuliah Psikologi Umum II, yang mana dosen mata kuliah tersebut, Mas Adih Respati, memberikan penjelasan bahwa selama satu tahun pertama kita belajar di kampus, biasanya disebut masa pengenalan,

seharusnya memberikan gambaran atau peta besar tentang apa-apa saja yang akan kita pelajari selama kurang lebih tiga tahun mendatang.

Dari mulai kuliah-kuliah pengenalan dunia kampus, teori-teori dasar, sampai pada bagaimana kita harus memahami pola pikir ‘Psikologi’ dalam memandang kehidupan kelak (bisa disesuaikan dengan ilmu yang sekarang sedang anda dalami).

Apakah anda sudah menangkap itu semua??

Semua mata kuliah pada tahun pertama ini tentunya akan sangat berguna dalam mengikuti kuliah-kuliah pada tingkat-tingkat selanjutnya. Ibarat membangun sebuah rumah, maka yang pertama kali yang harus kita lakukan adalah menyediakan semua bahan pokoknya, lalu membuat pondasi rumah sekokoh mungkin. Begitu pula dengan kuliah tahun pertama ini, kita harus benar-benar menguasai ilmu-ilmu dasar pada tahun pertama (tidak main-main) agar kelak, pada kuliah-kuliah yang akan datang, kita mampu mengembangkan dan mengaplikasikan semua ilmu itu. Jadi bagaimana mungkin kita bisa men-skip semua ilmu pada tahun pertama ini dan berharap bisa melalui tahun berikutnya dengan lebih baik, tanpa gambaran/peta besar dalam suatu ilmu itu sendiri.


Buatlah sebuah kalimat yang merepresentasikan buku yang telah kamu baca, teori yang telah kamu dapat, film yang telah kamu tonton, lirik lagu yang telah kamu nyanyikan, musik yang telah kamu dengar, gambar yang telah kamu lihat, lalu berikan pada orang lain, bila orang lain itu dapat memahami pesan yang kamu tulis, berarti kamu telah memahami stimulus itu secara keseluruhan.
-Adih Respati-

Selama +/- setahun saya belajar pengantar ilmu-ilmu Psikologi *ingat ini masih pengantar, masih sangat dasar*, kesulitan pastilah ada. Psikologi itu membahas tentang kondisi jiwa, pikiran, perilaku, norma, perubahan fisik dalam tubuh, membuat alat ukur untuk itu semua, dsb. Artinya, sebagian besar apa yang dipelajari di dalam psikologi adalah abstrak, bukan ilmu pasti seperti rumus matematika, fisika, kimia atau rumus ekonomi, karena itu semua tidak dapat menjelaskan apa yang dibahas dalam psikologi tersebut. Dan disitulah kadangkala kesulitan bermula.

Kami semua di psikologi mempelajari pikiran manusia, yang sangat jelas sifatnya abstrak dan berbeda antara individu satu dengan lainnya. Maka dari itu, kami harus pintar-pintar membayangkan apa yang kami pelajari, dan cermat dalam menggunakan teori. Artinya begini, terkadang suatu teori tidaklah mampu menjelaskan satu populasi besar, yaitu manusia. Karena manusia itu sifatnya unik satu sama lain, maka terkadang kami harus cermat menentukan teori yang cocok untuk dibahas dalam suatu kasus. Mungkin kelihatannya mudah, tetapi nyatanya tidak demikian. Ini semua ibarat bermain games Maze, dimana kita harus menemukan jalan keluar yang tepat dari semua masalah atau kasus yang sedang dianalisis.

Namun, psikologi tidak juga dianggap sebagai ilmu yang sulit dipelajari pada akhirnya. Karena semua materi yang kami pelajari nyatanya sangat dekat dengat keseharian kami. Psikologi adalah ilmu yang sangat mudah untuk diaplikasikan langsung dibanding ilmu-ilmu eksak yang harus mengeluarkan biaya atau alat terlebih dahulu. Contohnya saja bagaimana dengan mudahnya kita dapat langsung menerapkan hirarki Maslow, yang menyatakan bahwa untuk memunculkan potensi diri manusia, maka kita harus memenuhi kebutuhan dasar dahulu (makan, minum, dsb), keamanan, penerimaan dan cinta kasih dari lingkungan, mempunyai harga diri, pengetahuan yang cukup, kemampuan untuk memperindah sesuatu.

Singkatnya, begitulah psikologi, ilmu yang telah saya pilih saya secara sadar untuk saya pelajari lebih dalam.

Terkait dengan pilihan, kita semua selalu dihadapkan dalam berbagai macam pilihan, pilihan untuk membaca habis note ini atau tidak, mengomentarinya atau tidak, dsb. Pilihan ada ditangan kita, sedangkan kebenaran tentang apa yang kita pilih hanya ditangan Allah.
Saya jadi ingat kuliah pertama sosiologi –mata kuliah individu, kebudayaan dan masyarakat- dan kuliah Filsafat Manusia. Kedua dosen dari mata kuliah tersebut menanyakan,

Mengapa kita memutuskan untuk kuliah?

Mengapa tidak bekerja atau menikah saja?

Mengapa kita memilih mengikuti ujian masuk perguruan tinggi dan memilih UI (misalnya) sebagai tempat kuliah kita?

Mengapa tidak memilih universitas lain?

Dan mengapa pada akhirnya kita memilih jurusan yang sekarang ini kita tekuni, Psikologi (misalnya)?

pilihan SENDIRI? yakiiin….?

bagaimana kalau gagal?

SALAH SIAPA?

APA YANG AKAN ANDA LAKUKAN?

Tak lama kemudian, suasana kelas sunyi sebentar, mungkin kita semua jadi berpikir ulang lagi, lalu menjadi ramai karena satu per satu orang mulai bersuara, menyatakan pendapatnya, berusaha menjawab semua pertanyaan itu.

Kalau dalam kuliah Pemahaman diri pertanyaan-pertanyaan seperti ini dikenal dengan self-direction. Self direction adalah kebutuhan untuk mengenal lebih banyak tentang diri dan dunia kita sebagai cara untuk mengarahkan kehidupan kita secara lebih efektif.

Tapi akhir-akhir ini saya jadi mengerti mengapa dosen-dosen tersebut menanyakan demikian. Pada dasarnya, mereka sedang ingin menanyakan sudah sejauh mana kita BERTANGGUNG JAWAB terhadap pilihan-pilihan yang kita buat.

Seperti kata Filsuf Ekstensialisme, Soren Kierkegaard, hidup bukanlah sebagaimana kita pikirkan, melainkan sebagaimana kita hayati. Dalam hidup manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan (Either/Or). Hanya pada saat lahir tidak ada pilihan bagi manusia. Dalam pilihan-pilihan inilah manusia menunjukkan eksistensinya.

Sartre juga berpendapat bahwa kebebasan erat kaitannya dengan tanggung jawab. Setiap manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Masukan dari orang lain merupakan pilihan; jika kita mengikuti nasihat, petunjuk atau perintah orang lain, tetap itu adalah pilihan kita; kita yang harus bertanggung jawab atas pilihan itu; kita yang harus menanggung konsekuensinya.

Ya, kita semua yang ini memang harus bertanggung jawab dengan pilihan-pilihan yang telah kita tentukan.

Sebelum memasuki periode perkuliahan, mahasiswa diwajibkan mengisi IRS, memilih mata kuliah apa yang ingin diikutinya dalam periode mendatang, berapa SKS yang ingin diambil, kelas mana yang ingin dipilih, kita semua bebas memilih itu semua bukan? (kecuali persyaratan pengambilan SKS). Lalu, sekarang kita semua sudah menjalani semua pilihan-pilihan itu (dengan baik). Tapi, halloo..dimanakah tanggung jawab kita ??

terkadang tanggung jawab merupakan uang yang harus dibayar setelah kita membeli semua kebebasan itu.

Tanggung jawab2 itu seperti mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, dan belajar untuk ujian, dsb..

Hey, There, are you really has done those responsibility well??

Itu semua kembali lagi kepada kita masing-masing. Yang jelas, tanggung jawab terakhir kita di semester ini sebentar lagi akan berakhir, UAS tinggal menghitung hari kawan. Maka, manfaatkanlah bentuk tanggung jawab terakhir kita itu dengan sebaik mungkin. Ingat, pilihan itu adalah sebuah barang yang harus dilunasi. SEMANGAT UNTUK UAS SEMUA!! MARI BERJUANG MELUNASI TANGGUNG JAWAB ITU!!
*maaf jika ada yang kurang berkenan, dan panjangnya note ini yang di luar dugaan. Free for comment, guys!*