ntah kenapa saya ingin mempostkan tulisan saya ini yang sempat saya publish di facebook stahun yang lalu..
Hmm.. para pembaca yang baik, tenang dulu yah, kali ini gw mau bicarain suatu hal yang cukup ringan. Karena kalo gw perhatiin emang tulisan-tulisan gw sebelumnya bisa terbilang cukup berat untuk dicerna.. ehehe..*itu menurut gw sendiri loh, hhe*
Topik yang kali ini mau gw bahas yaitu soal mengapa gw bisa sangat menyukai All About Korea, mengapa kita patut memperhitungkan industri hiburan Korea yang mulai merangkak menyaingi Jepang, dan apa aja sih keunggulan “produk-produk” mereka dibanding kita. Oke. Let me give you all my passions in this note ^^.
Dibalik fenomena menjamurnya industri film ataupun musik Korea, kita emang harus melihat terlebih dahulu sedikit tentang sejarah negara Korea. Korea, khususnya Korsel adalah negara yang tadinya amat miskin sumber daya alam. Mereka hanya mengutamakan ginseng sebagai komoditi utama ekspor. Kemudian seiring adanya krisis moneter pada 1997-1998, pemerintah Korsel melakukan berbagai kebijakan untuk dapat menyaingi produk-produk Amerika dan Eropa. Dengan melihat kesuksesan yang telah dicapai negara tetangganya, yaitu Jepang maka pemerintah Korsel pun akhirnya mengutamakan hasil ekspor industri dibanding pertanian. Alhasil, beberapa tahun kemudian Korsel berhasil menjadi negara industri ke 2 termaju di Asia setelah Jepang.
Dengan kesuksesan yang cukup ini, pemerintah Korsel mulai membangun industri hiburan agar bisa seperti Jepang yang sudah sangat menggeliat. Agar industri hiburan korea banyak diterima di negara-negara lain, maka pemerintah Korsel mulai mengekspor film-film, drama, musik mereka ke negara lain dengan harga yang sangat murah dibanding film hollywood, bollywood, Jepang atau pun Cina. Indonesia pun dijadikan salah satu negara dari target ekspor mereka. Drama korea yang pertama kali diputar di Indonesia adalah All About Eve, yang berkisah tentang dunia penyiaran pertelevisian. Karena respon yang cukup baik dari para penonton Indonesia, maka film/drama korea akhirnya sering diimpor oleh para stasiun tv lokal. Sebutlah Endless Love (yang pernah diputar tiga kali, sekali di Indosiar, dua kali di RCTI) atau Sassy Girl-Chun Hyang, Princess Hours, Full House, yang sempat menarik perhatian penonton tanah air dalam beberapa tahun terakhir. Melonjaknya permintaan untuk mengimpor film-film korea ke berbagai negara ini tentu saja pertanda baik bagi pemerintah korea, karena sebagian dari keuntungan tersebut masuk ke kas negara mereka untuk membangun negara. Hmm.. hal kecil yang patut diperhitungkan!
Nah, pertanyaan berikutnya, mengapa gw bisa suka sama serial Korea dibanding sinetron Indonesia???
Ada 10 keunggulan yang dimiliki serial Korea dibanding sinetron Indo :
1.Poin pertama yang tak dapat dipungkiri adalah jelas karena pemainnya cakep-cakep.
Wajah para aktor/aktris korea yang oriental memang sangat berbeda dibanding dengan orang cina pada umumnya. *maaf bukan mau membandingkan dengan orang tionghoa*. Gw paling kesel kalo gw lagi nonton serial Korea, trus ada yang nyelutuk, yah film cina lagi, cina lagi. *oh, plis deh!!*. tolong kalian bedakan wajah orang Cina, Jepang dan Korea baik-baik dulu baru bisa ngomong kayak gitu. FYI : Perbedaan yang paling mendasar dari wajah mereka adalah hidung orang Korea sebagian besar mancung, ditambah tinggi badan para aktor yang diatas 175cm!! Lain jika dibanding Jepang atau Cina yang hanya sebagian kecil aja. Hehe ^^v *jangan salah lagi yah, hho*
Memang kita sebagai mahluk visual secara langsung pastinya akan melihat apa yang kita lihat terlebih dahulu dibanding yang lainnya. Tampang para aktor yang tampan dan aktris yang cantik sungguh bisa membuat kita tahan berjam-jam menontonnya. Hehe.
2.Poin Kedua adalah mereka tidak hanya modal tampang (seperti artis Indo pada umumnya), tapi juga mempunyai skill dalam berakting dengan baik.
Menurut gw akting artis Korea itu jauh lebih natural dibanding artis Indo pada umumnya. Gw merasa akting artis kita itu banyak yang dibuat-buat atau paling gak standar-standar aja. Okelah ada artis Indo yang aktingnya bagus, tapi hanya bagus pada satu peran aja, kalo udah ganti peran lain yang gak bagus-bagus amat, atau malah ada yang saking udah klopnya sama karakter itu, setiap main pasti yang itu melulu. Sebutlah Naysila Mirdad yang selalu berperan sebagai wanita lugu, polos, aduh monoton banget! *artis-artis yang gw maksud disini adalah artis muda, bukan seperti Christine Hakim yang emang jago banget!*
3.aktingnya yang bagus tentu aja harus didukung oleh penjiwaan karakter suatu tokoh yang kuat. Selama gw nonton serial korea, gw selalu terkejut sama variasi tokoh yang ada disetiap serial. Dari mulai atlet golf, petenis, dokter, koki, bussinesman, pelukis, guru, polwan, wartawan, sutradara, artis, pianis, pembunuh bayaran sampe orang idiot pun ada di serial korea!! Okelah kalo kita bandingkan sama film-film Indo juga ada, tapi ada yang berbeda. Begitu para artis diberi naskah film yang akan mereka mainkan, mereka tidak langsung besoknya main-dengan-alasan-ini-sinetron-kejar-tayang. Banyak hal yang mereka harus pelajari terlebih dahulu, sebagai contoh dalam film My Name is Kim Sam Soon diceritakan tokoh Kim Sam Soon in adalah seorang pembuat kue yang amat berbakat. Maka sang artis memang diharuskan kursus membuat kue selama 2 bulan terlebih dahulu agar kelak saat ia memainkannya ia bisa mendapat ‘feel’ menjadi seorang pembuat kue. Lagi-lagi hal seperti ini jarang sekali terjadi dalam pembuatan sinetron Indo.
4.Dalam pengerjaan suatu produksi serial di Korea tidak ada yang dinamakan SINETRON KEJAR TAYANG-yang-hasil-akhirnya-seadanya-saja. Gw pernah baca disuatu majalah yang membahas ini kalo dalam proses pembuatan suatu serial korea minimal dibutuhkan waktu 4 bulan! 4 bulan ini bukan waktu pengerjaan syuting hingga selesai, tapi 4 bulan adalah tahapan awal sebelum sebuah serial dibuat. Tim produksi harus menyiapkan riset dari setiap adegan, karakter tokoh dan musik pengiring. Baru setelah itu proses syuting diadakan, dan tak jarang penayangannya baru akan dilaksanakan setahun kemudian. Jadi mereka memang telah menyiapkan secara matang terlebih dahulu semuanya, tidak seperti sinetron Indo yang hari ini syuting besok jadi! Hehe.
5.Satu hal yang gak bakal lu temuin di serial Korea dan banyak lu temuin di sinetron kita yaitu artis yang berdandan menor, bersanggul, memakai baju seperti mau ke pesta pas dirumah-rumah. *Aduduh, plis deh, ni orang kan mau tidur tapi kok rapi amet!*. terlepas dari peran si artis ini orang kaya tau gak, tapi penampilannya selalu berlebih-lebihan padahal tuh cuman di rumah doang!! *kayaknya takut banget jelek di layar kaca..ckck* ambil contoh serial korea The Vineyard Man yang dibintangi Yoon Eun Hye (Princess Hours) dalam film itu diceritakan ia sebagai gadis kaya raya yang kemudian harus tinggal di sebuah kampung kebun anggur. Dalam film itu dia diharuskan menggelapkan kulitnya agar sesuai dengan seorang petani dan hal itu pun bener-bener ia lakukan, pakaiannya juga biasa-biasa aja sehingga terkesan alami. Eun Hye juga pernah memotong cepak rambutnya dalam serial Coffee Prince demi menyesuaikan peran menjadi gadis tomboy. Dan tidak hanya itu saja, dia membutuhkan waktu 2 bulan untuk latihan mempraktekkan tingkah laku seorang lelaki. Dari mulai cara duduk, cara ngomong, berjalan, sehingga saat syuting tidak terkesan dibuat-buat. Maka tak heran jika ia mendapat penghargaan aktris terbaik dalam serial itu.
6.Kalau menikmati film/serial korea kita tidak hanya disajikan akting para pemain, tapi musik pengiring atau soundtrack yang pas banget!! Ini karena tim produksi telah menyiapkannya secara matang. Tak jarang memang sebelum suatu serial/film korea masuk ke dalam proses syuting, tim produksi telah menyiapkan soundtracknya terlebih dahulu. Biasanya soundtrack yang telah jadi disebarkan dulu sebelum serial ditayangkan, agar para penonton bisa membayangkan kisahnya terlebih dahulu. Hal ini emang gak asing dilakukan oleh perfilman Indonesia, tapi kalo sinetron? *hanya bisa geleng-geleng kepala gw*. Soalnya gini kalo gak musiknya Purwacaraka, paling juga lagu-lagu band terkenal yang dipake. Bener gak mau repot, maksain banget (coz kadang lagu pengiring sama jalan cerita tuh gak sesuai), malah ada satu lagu yang hits banget dijadiin soundtrack 2 sinetron sekaligus! Ckck. .
7.Jalan cerita serial Korea pun jarang mengada-ada atau muter-muter gitu-gitu lagi. Coz kalo gw perhatiin nih, di sinetron kita kebanyakan hanya mengusung tema perebutan cinta semata! Dan hanya ada dua peran penting didalamnya. Kalo gak yang jadi peran baik baik banget (protagonis) yang lugu, lemah, menderita sepanjang episode, yah peran yang jahat jahat banget (antagonis), yang ini jahatnya sepanjang episode dan gak pernah berenti menyiksa si protagonis, ckck..monoton banget! *dari gw kecil ampe sekarang cuman peran begituan doang yang ada, sisanya hanya peran pembantu yang bisa dibilang hanya memeriah suasana..haha*. trus juga kalo peran antagonisnya mati, tiba-tiba muncul si antagonis berikutnya sehingga inti cerita sebetulnya hanya berputar-putar pada itu-itu doang dan anehnya kenapa yang kayak gitu justru malah dapet rating tinggi YAH??. Asal lu tau yah, di serial korea mau pemainnya cuman 4 orang doang juga udah bagus banget. Dan banyak film korea yang bahkan mendapat rating tinggi padahal diserial itu gak ada tokoh antagonisnya. Lah kok bisa? Tentu aja bisa. Sebut aja Coffe Prince dan Thank You. Ini karena karakter dan jalan cerita yang ada udah kuat banget sehingga peran antagonis yang kejam gak diperlukan lagi.
8.Banyak pelajaran yang berharga yang dapat kita ambil setelah nonton film korea. Terlepas dari itu cerita cinta atau bukan, yang jelas pada setiap produksinya, film/serial korea selalu memuat pentingnya hubungan harmonis sama keluarga. Banyak film korea yang membuat gw nangis bombay hanya gara-gara adegan kasih sayang seorang anak sama ibunya yang bener-bener alami. Coba deh nonton Endless Love, I’m Sorry I Love You, Herb sama Robber. Aduduh, two thumbs up deh untuk akting mereka!! Trus juga film korea banyak mengangkat kisah perjuangan hidup untuk sukses, seperti Jewel In The Palace, All About Eve, My Name is Kim Sam Soon dsb. Kunci utamanya yaitu jalan cerita yang bagus banget. Malah asal lu tau aja, di sebuah perguruan tinggi di Korea dibuka fakultas skenario, ini khusus untuk mereka-mereka yang kreatif dalam pengembangan ide cerita. Dan biasanya tiap bulan sekali, pihak produser akan mengadakan lomba skenario terbaik untuk difilmkan, dan faktor yang paling banyak diperhatikan adalah unsur amanat dari masing-masing skenario. Kalo indo? Ampun dah, jauh banget, UNSUR EDUKASINYA DIKIT BANGET!!
9.Pihak production house korea sendiri juga tidak malu-malu mengangkat cerita legenda yang identik dengan adat istiadat negaranya. Kita seperti diajak ke dalam pemerintahan kuno negara tersebut dalam film Jewel In The Palace, Damo, Jumong dsb. Mereka juga sering memperlihatkan keadaan alam, makanan dan baju tradisional negara mereka yang indah dan tentu saja ini mampu untuk menyedot turis untuk berkunjung ke negara itu. Malah pemerintah korea sendiri membuat Winter Sonata Park yang merupakan lokasi syuting serial tersebut sebagai objek wisata negaranya. Indonesia bisa gak ya?? Hmm..
10.Pihak produksi film korea memang sangat pandai dalam hal memasarkan produknya ke luar negeri. Mereka banyak memakai lokasi syuting di luar negri agar produknya itu cepat diterima. Sebagai contoh, serial Memories of Bali yang sebagian lokasi syutingnya bersetting di Jakarta dan Bali, terbukti sukses membius penonton Indo, tak heran maka kalo serial ini sampe dua kali diputar ulang di Indo. Sebut saja Lovers in Paris, yang laku juga di Perancis, Love Story in Harvard yang mendapat sambutan hangat di Amrik sana, begitu juga dengan respon penonton Austria dengan serial Spring Waltz, film Daisy yang secara total bersetting di Belanda juga banyak diputar di bioskop-bioskop Belanda. Ini memang strategi yang baik sekali agar film korea lebih mudah diterima di negri orang. Bagaimana Indonesia, apakah ada sinetron Indonesia yang sudah menembus pasar Eropa atau Amerika? Okelah kalo sinetron kita banyak diputar di Malaysia, Singapur atau Brunei, tapi, aduh apa gak malu tuh kalo Korea aja bisa lebih dari kita, masa sih kita gak bisa?!
Segitu aja deh, ada yang mau nambahin lagi?? ehehe..
Emang sih, gak cuman perfilman korea aja (biasa disebut hallyuwood) yang bisa begitu. Tapi perlu diingat perkembangan hallyuwood ini benar-benar telah menjadi perhatian besar di hollywood sana. Bahkan kalau kalian tau film LAKE HOUSE, itu sebenarnya adalah adaptasi dari film Korea IL MARE. So, jelaskan kalo film2 hallyuwood emang pantes diperhitungkan mule sekarang! hhe.
Kalo ada yang bilang, gw tuh iseng banget sih buat beginian. Yah, emang sih selain sebagai ajang curhat, juga bisa dibilang sebagai ajakan agar kalian mau melirik serial korea juga, *hehe. Tapi tidak sepenuhnya iseng, karena gw juga pengen ngajak kita semua membuka mata dengan kondisi sinetron kita sendiri. Kita harus mampu bersikap kritis saat menonton apa yang kita tonton, karena kalo menurut gw pribadi, pihak produser sinetron sebetulnya sedang mengadakan pembodohan masal! Mereka hanya sebatas membuat sinetron yang gampang dicerna, yang menghasilkan rating bagus tetapi jika ditanya kualitas berdasarkan 10 hal tadi sih jauh banget. Emang gak semua sinetron Indo jelek, sebut aja Dunia Tanpa Koma Para Pencari Tuhan yang mencuri perhatian masyarakat Jepang, dsb. Tapi jumlahnya bisa dihitung pake jari, hanya beberapa. Kita harus banyak belajar dari industri perfilman korea yang jauh diatas kita. Banyak belajar bukan berarti mencontek yah! Karena asal kalian tau ada lebih dari 30 judul sinetron Indo yang jelas-jelas jiplak serial korea, dari mulai tokoh, jalan cerita sampe dialognya gak ada yang beda satu titik pun!! Mau dibawa kemana generasi mendatang kelak kalo tiap hari dicekoki sinetron jiplakan mulu!!. Ok, segitu aja. Makasih banget yang udah baca.
*sumber yang gw dapet : majalah Asian Plus, observasi sendiri, forum korean freaks, dan tanya jawab langsung dari temen gw yang tinggal dikorea.. ^^v
-feel free for comment! -