Laman

Jumat, 21 Agustus 2009

Alhamdulillah, bertemu Ramadhan lagi!^^

MARHABAN YA RAMADHAN


Bulan suci Ramadhan telah tiba. Selama satu bulan penuh, umat Islam di seluruh dunia akan menjalankan ibadah puasa, dan ibadah-ibadah lain yang utama dilaksanakan pada bulan penuh rahmat ini.

Mengapa umat Islam berpuasa?

Waktu kita masih kanak-kanak, guru di sekolah maupun guru mengaji mengatakan, bahwa dengan menahan lapar sejak subuh hingga maghrib, kita akan bisa merasakan penderitaan orang-orang miskin yang tidak mampu memperoleh makanan.


Tentu saja penjelasan itu tidak salah, tapi tidak memadai lagi ketika kita semakin bertambah dewasa dan pikiran kita semakin kritis. Allah memerintahkan kita berpuasa bukan untuk membuat kita menderita.


Itulah sebabnya orang yang sedang sakit, orang yang sedang dalam perjalanan jauh, orang yang harus bekerja berat, ibu hamil dan menyusui, serta orang tua yang tubuhnya sudah lemah, tidak diwajibkan berpuasa. Laparnya orang berpuasa juga tidak sama dengan laparnya orang yang memang tidak memiliki sesuatu untuk dimakan.


Meskipun lapar, orang yang berpuasa selalu memiliki kepastian bahwa pada saat maghrib mereka akan bisa menyantap apa saja untuk menghilangkan lapar dan dahaga mereka, lapar mereka hanyalah lapar sementara.

Sedangkan orang yang lapar karena tidak memiliki makanan, mereka tidak memiliki harapan seperti itu, mereka tidak tahu kapan lapar mereka akan berakhir.

Jadi, puasa bukanlah sekedar melaparkan diri agar bisa merasakan penderitaan orang yang tidak mampu memperoleh makanan.

Puasa adalah mengendalikan diri dari segala nafsu duniawi. Bukan hanya nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, tetapi juga nafsu yang muncul berkaitan dengan hati dan pikiran. Puasa adalah pembersihan diri.


Menurut Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, secara psikologis bulan Ramadhan adalah bulan interupsi, edukasi dan revitalisasi melawan rutinitas hidup yang cenderung membuat aktivitas kita bersifat mekanistik tanpa kedalaman makna.





Memupuk kehidupan spiritual adalah inti dari puasa


Puasa adalah ibadah yang hanya bisa dinilai oleh Allah, tidak oleh manusia. Ibadah sholat, zakat, haji, dan lain-lain bisa dilihat dan dinilai oleh orang lain, tetapi puasa hanya kita dan Allah yang tahu. Tak seorang pun tahu apakah kita benar-benar puasa atau tidak. Kita bisa saja mengunci diri di kamar dan makan sekenyang-kenyangnya, lalu keluar kamar dan mengatakan kepada semua orang bahwa kita puasa. Puasa mendidik kita untuk disiplin dan jujur pada diri sendiri.


Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat. Ibadah yang dilakukan pada bulan ini pahalanya tujuh puluh kali lipat dari pada bulan-bulan lainnya. Ada satu malam teramat istimewa, malam Lailatul Qadar, dimana ibadah yang dilakukan pada malam itu nilainya sama dengan seribu bulan (lebih dari tujuh puluh tahun). Pada bulan Ramadhan juga Kitab Suci al-Qur’an diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup bagi umatNya.



Demikian banyak kemuliaan yang terdapat pada bulan Ramadhan, sehingga sungguh merugi jika kita melewatkan bulan ini, tidak mengisinya dengan amalan dan ibadah yang sebaik-baiknya. Tidak hanya puasa, namun juga sholat Tarawih, mengaji Al Qur’an, I’tikaf, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Memperbanyak infaq, sodaqoh, dan derma di bulan Ramadhan
Dengan ibadah puasa kita diajak melakukan transendensi, mengapresiasi, dan menginternalisasi nilai-nilai moral Ilahi yang mulia, untuk memelihara keluhuran martabat manusia yang oleh Al Qur’an disebut takwa.Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga ibadah kita diterima Allah SWT, dan di akhir Ramadhan nanti kita akan memperoleh Idul Fitri, yaitu prestasi spiritual dimana seseorang berhasil menumbuhkan dan menyegarkan kembali potensi kemanusiaannya yang suci.


Insya Allah.

Tidak ada komentar: