Laman

Senin, 28 Desember 2009

cloudy Lampung, how amazing! ;)

Sudah lama saya menunggu kesempatan ini, Ya, kesempatan untuk menginjakkan kaki di pulau Sumatera. Tanah Lampung tepatnya saya singgah.



Hari itu, Kamis, 24 Desember 2009, papa ditugaskan ke Lampung untuk beberapa hari. Kebetulan, saya dan Nadya, adik saya, sudah libur semester, maka kami pun memutuskan untuk ikut papa dinas kesana, begitupula dengan mama. Kami pergi kamis sebelum subuh, jam 3 pagi tepatnya, dengan mobil panther hitam yang dikendarai seorang supir. Terlalu dini memang, tapi jujur saya tidak merasa ngantuk kala itu. Pikiran saya melayang, membayangkan indahnya tanah sumatera yang akan saya kunjungi. Benar-benar saya excited saya mengikuti perjalanan itu. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 8 jam itu harus dilewati dengan menyebrangi selat sunda dengan kapal ferry. Nah, ini juga termasuk hal yang saya nantikan. Naik kapal! Meskipun bukan untuk pertama kali, karena sebelumnya saya pernah naik kapal ferry dulu ketika ingin ke Singapura via Batam.

Sekitar pukul 10 pagi mobil yang kami tumpangi sudah melintasi jalanan berkelok dan berbukit khas sumatera. Aduhai, elok nian alamnya! Alam Lampung khususnya, memang berbeda dengan apa yang sering saya jumpai di Jawa. Tekstur alamnya berbukit-bukit, sesekali dapat dijumpai pula pegunungan, namun tidak memberikan hawa dingin. Hanya memberikan hembusan angin dari dataran pantai. Yah, ini tak lain karena daerah Lampung sebagian besar dikelilingi laut. Dan saya suka itu. Sungguh, kesan pertama yang tak mengecewakan.



Pukul 11 siang kami telah memasuki kota Bandar Lampung, dan papa sering sekali berkata, Bandar Lampung itu dulunya terbagi dari dua kota besar, Tanjung Karang & Teluk Betung. Saya dan Nadya selalu tertawa di mobil tiap papa berkata demikian. Hehe. Lalu kami mengelilingi kota yang terkenal dengan keripik pisangnya itu sebentar, baru check in ke hotel. Amalia, itulah nama hotel tempat kami menginap. Hotel baru yang cukup dekat dengan pusat kota. Seperti biasa, kami tidak boleh menyia-nyiakan waktu untuk berlama-lama di hotel, rugi kalau tidak dipakai untuk menjelajahi Lampung! Hehe. Kami pun JJS (jalan-jalan sore) mencari tempat hang-out terasik di kota itu. Lalu berhentilah kami di sebuah warung bakso, Bakso Solo namanya. Tidak heran memang banyak orang jawa yang kini tinggal di Lampung, mengingat dulu jaman Soeharto banyak orang jawa yang ditransmigrasikan kesana. Maka, jangan kaget jika disana kau akan jumpai kampung jawa, seperti kecamatan sidomulyo, banjarnegara,dsb. Saya sih asik asik aja, dengan begitu kan banyak makanan jawa yang mudah didapatkan. Hehe.

Kami pun sempat singgah ke beberapa pusat perbelanjaan, seperti Central Plaza, Mall Kartini, dan Lotus Plaza. Tidak sebesar yang biasa ada di Jakarta sih, tapi cukuplah untuk memborong beberapa pakaian disana. Hehe.
Setelah capek shopping sana sini, kami pun makan malam dipinggiran jalan Kartini yang memang terkenal dengan wisata kulinernya. Nasi Uduk Mat Kribo jadi tujuan kami. Yah, nasi uduk khas betawi punya itu memang rasanya tak jauh beda dengan yang di Jakarta, seperti yang saya bilang tadi, namanya doang Sumatera, isinya banyak Jawa juga. Hehe.

Esok paginya kami berniat mengunjungi beberapa tujuan wisata di Lampung. Seperti Way Kambas, Pantai Mutun, dll. Tapi sepertinya Lampung sedang tidak bersahabat kala itu, hujan turun dengan derasnya dan membuat kami tak bisa kesana. Apa boleh buat, rencana itu pun kami ganti dengan bertamasya keliling-keliling kota. Asik ya? Kayak lirik lagu apa gitu. Hehe. Tidak dapat pantai, bukit pun jadi. Ya, kami lalu sampai ke Bukit Randu, tempat yang direkomendasikan teman papa kalau ke Lampung. Dan memang, saya pun akan merekomendasikan tempat itu bagi siapapun yang kesana. Sungguh, apa yang akan kau temukan disana benar-benar indah karena disana kita bisa melihat pemandangan kota Lampung yang khas dengan lambang ‘siger’nya dari atas.



Setelah puas melihat Lampung dari atas bukit, kami pun kembali ke hotel dan beristirahat. Oya, Lampung ternyata tidak hanya banyak dihuni oleh orang Jawa tapi juga dari pendatang orang Sumatera lainnya, seperti dari Palembang, Bengkulu dan Padang. Maka, tak heran jika akan kau temukan banyak penjual pempek disana. Dan salah satu pempek langganan saya, Pak Raden, hadir disini. Puas deh bolak-balik makan disana selama di Lampung. Selain pempeknya, saya juga merekomendasikan Pindang Tulangnya yang top markotop deh. Hehe.



Keesokan harinya, Lampung masih berawan, sesekali rintik hujan turun, dan kemudian berhenti. Yah, hari Minggunya, tanggal 26 Desember 2009, adalah hari terakhir saya di Lampung. Sebelumnya kami berencana akan lama tinggal di Lampung, tapi apa boleh buat, kerjaan di Jawa memanggil dan tak bisa ditinggalkan. Huhu. Sungguh menyedihkan rasanya, saat awal perkenalan yang indah itu harus segera diakhiri.

Sebelum kami naik kapal di Bakauheni, kami sempat mampir ke sebuah pantai terkenal di Lampung, pantai pasir putih. Dan memang benar, semua pasir disana warnanya putih. Yaiyalah ya. Hehe. Tidak ada yang spesial dari pantai ini, jika dibandingkan dengan Ancol atau Parangtritis memang kalah jauh. Hanya rasanya kurang sah jika ke Lampung tidak menikmati keelokan pantainya. Okey, setelah syarat wajib itu dituntaskan, kami pun bertolak ke Pulau Jawa. Padahal jujur, aku masih ingin menjelajahi tanah Sumatera yang masih banyak hutan yang belum terjamah manusia.



Ketika kami dalam perjalanan di kapal ferry, ada nuansa yang berbeda. Laut sedang berombak kala itu. Sempat membuat kapal oleng, begitupula kami di dalamnya yang merasa pusing tak tertahankan. Mau Solat saja susah, karena harus bertahan dari goncangan ombak laut. Tapi syukurlah, akhirnya kami bisa menginjakkan kaki lagi di tanah Jawa, tanah harapan orang Sumatera bilang. Dan itulah akhir dari perjalanan kami ke Lampung. Target tahun depan, minimal nimbus Palembang dengan jalur darat juga. Amin ^^

Tidak ada komentar: