Laman

Sabtu, 20 Februari 2010

Spring in London by Ilana Tan



Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu sejak dulu. Sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.. yah, karena berbagai alasan. Dan alasan utamanya adalah karena aku takut.

Kalau aku mengatakannya, reaksi apa yang akan kau berikan?
Apakah kau akan menerima pengakuanku?
Apakah kau akan percaya padaku?
Apakah kau masih akan menatapku seperti ini?
Tersenyum padaku seperti ini?
Atau apakah justru kau akan menjauh dariku?
Meninggalkanku?

Tapi aku tahu aku harus mengatakannya padamu. Aku tidak mungkin menyimpannya selamanya. Entah bagaimana reaksimu nanti setelah mendengarnya, aku hanya berharap satu hal pada mu. Aku tidak mungkin menyimpan selamanya. Entah bagaimana reaksimu nanti setelah mendengarnya, aku hanya berharap satu hal padamu.

Jangan pergi dariku.
Tetaplah di sisiku.

(sebuah prolog dalam “Spring in London”)

Setelah 2 tahun, akhirnya novel ke-4 dari serial 4 musim karya Ilana Tan ini keluar juga. Seperti novel2 sebelumnya (Summer in Seoul, Autumn in Paris, dan Winter in Tokyo), gaya romantis khas Ilana Tan masih bisa kita rasakan disini. Gaya romantisme yang tidak menye-menye dan tidak lebay yang ia berikan seakan bisa membuat saya dengan mudahnya merasakan apa yang dirasakan tokoh-tokoh di dalamnya.

Dari ke-4 novel Ilana Tan, saya harus akui memang “Spring in London” yang paling kurang terasa greget konfliknya. Dan tetep, kalau ditanya yang mana yang paling bagus, “Autumn in Paris” lah jawabannya. Hehe. Namun demikian, ada sepenggal tulisan di dalam “Spring in London” yang amat berkesan untuk saya..

“Ia tidak pernah memberitahu siapa-siapa, tetapi kesibukan adalah perlindungannya. Kesibukan bisa mengalihkan perhatiannya. Kesibukan bisa membuatnya tidak memikirkan hal-hal yang tidak ingin dipikirkannya.
Misalnya hal-hal yang berhubungan dengan Danny Jo”


(Ilana Tan in “Spring in London” p.38)

*ini menohok banget! Hueks! :p

Anyway, happy reading guys! ;)

Tidak ada komentar: